Uje – Ustad Gaul Idola Remaja
|
Ustadz Jefri Al Buchori |
Assalamualaikum Teman...
Kali ini penulis akan
mengulas tentang salah satu pendakwah yang lagi banyak dibicarakan orang baik
itu media cetak ataupun elektronik. Yup.. beliau adalah Ustad Jefri Al Buchori
atau lebih akrab disapa Uje.
Ustad ganteng yang
digandrungi banyak kalangan terutama anak muda karena gaya dakwahnya yang gaul
ini sempat menyedot perhatian gara-gara musibah yang dialaminya. Pada tanggal
26 April 2013 beliau mengalami kecelakaan tunggal di Kawasan Pondok Indah yang
mengakibatkan berpulangnya Uje ke Rahmatullah. Bagaimana sebenarnya sosok Ustad
gaul ini. Berikut ulasan penulis yang diambil dari berbagai sumber.
Kelahiran dan Masa Kecil Jefri Al Buchori
Jefri Al Buchori atau
Ustad Jefri atau Uje dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1973 dari
seorang ayah dan ibu yang bernama Ismail Modal (Alm) dan Tatu Mulyana. Jefri
adalah anak “tengah” atau anak ke 3 dari lima bersaudara. Jefri besar di
lingkungan keluarga yang sangat religius namun sayangnya tempat tinggalnya
berdekatan dengan diskotek dan ia salah memilih teman sehingga saat muda beliau
sempat terjerembab dalam “dunia hitam”. Ada yang mengatakan “Anak tengah
biasanya nakal”. Entah benar atau kebetulan pemikiran itu yang jelas Jefri muda
sangat dekat dengan yang namanya “dosa”.
Mabok, bolos sekolah, ke diskotek, membangkang pada orang tua, bahkan ia
sempat menjadi pecandu narkoba kelas berat.
Sebenarnya Uje muda
adalah anak yang multi talented dan termasuk cerdas di sekolahnya. Pada saat
sekolah dasar di SD 07 Karang Anyar, Jefri yang saat itu kelas 3 langsung
lompat kelas ke kelas 5. Hal ini dikarenakan prestasi akademiknya yang menonjol
sehingga bisa “lompat kelas”. Sejak kecil beliau sangat menonjol dibidang
pelajaran agama dan kesenian.
Karena beliau terlihat
menonjol di pelajaran agama Islam maka setelah lulus sekolah dasar orang tuanya
tak memasukkannya ke SLTP namun beliau bersama kakaknya dimasukkan ke Pesantren
Modern Daar el Qolam Gintung, Balaraja, Tangerang. Sejak kecil Uje sering
memenangkan lomba baca Al Qur’an atau MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) bahkan
ke tingkat propinsi. Namun “ kenakalannya” membuat Uje tidak bisa menamatkan
pesantrennya. Beliau hanya bisa menjadi santri selama 4 tahun sedangkan syarat
lulus adalah belajar selama enam tahun. Akhirnya beliau pindah sekolah ke
Madrasah Aliyah.
Masa Muda Jefri Al Buchori
Walaupun mengerti
pendidikan agama Islam, Uje sering tergoda ajakan teman-temannya untuk berbuat
“nakal”. Saat muda Uje sering mencicipi disko, main bilyar, mengonsumsi
narkoba, mabok-mabokan dan termasuk kategori playboy. “Gue itu dulu dutanya
setan di dunia”, begitu pengakuannya saat diwawancarai seputar masa mudanya
oleh sebuah infotainment.
Uje mengaku bahwa ia
memiliki kepribadian ganda. Kadang kuat dorongan untuk jadi orang “nakal”
tetapi juga sering ingin menjadi orang baik-baik. Setamat Madrasah Aliyah yaitu
sekolah lanjutan setingkat SMA, Uje melanjutkan ke Akademi Broadcasting di
Rawamangun, Jakarta. Tetapi kuliahnya juga tidak kelar karena terlalu asyik
dengan teman-teman nongkrongnya, bermain bilyar dan menggeluti dunia malam.
Namun sebuah kejadian spiritual saat ia
dipaksa umroh oleh orang tuanya membuatnya sadar bahwa hidup yang dijalaninya
selama ini adalah salah. Uje kemudian bertemu dengan Pipik Dian Irawati atau
disapa Pipik. Waktu itu Pipik adalah model majalah remaja. Mereka berdua
akhirnya menikah siri pada tahun 1999 dan kemudian meresmikannya 4 – 5 bulan
kemudian.
Dari pernikahannya ini
mereka dikaruniai 4 orang anak yaitu Adiba Khanza
Az-Zahra, Mohammad Abidzar AL-Ghifari , Ayla Azuhro dan Attaya Bilal Rizkillah. Awal – awal pernikahan adalah masa yang sangat
sulit bagi mereka berdua. Selain kesulitan ekonomi karena keduanya menganggur,
Jefri juga dilanda kesulitan untuk melepaskan karakter jahiliyahnya. Pernah
suatu ketika ia memakai narkoba di depan istrinya sendiri. Hal itu membuat
Pipik dan Uminya Jefri marah besar, sampai-sampai Uminya tak amau mengakuinya
sebagai anak. Padahal waktu itu Uje sudah berjanji pada uminya dan didepan
jenazah Apih nya (ayahnya) bahwa dia akan berubah menjadi orang baik. Namun karena sekali lagi
pengaruh teman yang jelek, ia kembali terjerembab.
Suatu malam ia bermimpi
melihat jasadnya sendiri di balut kain kafan dan sedang disiksa. Setelah bangun
ia ketakutan setengah mati bahkan tak berani dan takut tidur karena setiap
memejamkan mata mimpi itu datang kembali. Begitu terus setiap malam. Akhirnya
ia benar-benar taubat Nasuha tak ingin kembali ke perilaku jahiliyahnya. Saat
itu istrinya juga sedang hamil anak pertama. Ia tak ingin jadi bapak yang
“bejat” buat anak-anaknya kelak dan ia juga sudah capek dengan hidupnya yang
tak karuan.
Suatu ketika kakaknya
yang pertama yang biasanya diundang untuk ceramah di sekitar rumah, mendapat
tawaran dari masjid di Singapura untuk menjadi imam masjid sehingga kakanya tak
bisa lagi ceramah di sekitar rumahnya. Jefri yang waktu itu sudah mulai membaik
dan berusaha untuk mendekatkan diri kembali pada Alloh disuruh menggantikannya.
Gayungpun bersambut, Jefri melakukan tauziahnya yang pertama di daerah sekitar
rumahnya. Teks ceramah pertamanya ditulis oleh istrinya sendiri, Pipik. Dari
situ Uje mendapatkan honor 35 ribu yang kemudian ia berikan ke istrinya. “Ini
uang halal pertama yang aku nafkahkan untukmu.” Begitu katanya waktu itu,
sambil berpelukan dan berlinang airmata Pipik menerimanya.
Jalan Uje menjadi
penceramah tak semulus yang dikira. Sering jamaah menolaknya karena dahulunya
ia adalah tukang mabok. Pernah suatu ketika Uje menjadi imam sholat di masjid
sekitar rumahnya dan jamaah langsung bubar, tak mau diimami oleh mantan “tukang
mabok”. Namun Uje sadar dan tahu diri. Pelan – pelan ia memperbaiki diri,
akhirnya ia mulai diterima sebagai penceramah. Stasiun televisi mulai
meliriknya untuk mengisi acara rohani, baik itu tauziah ataupun menyanyi lagu
rohani.
Awalnya gaya ceramah Uje
sama seperti pen da’i lainnya yaitu dengan jenggot, sorban dan baju kurung
serta tongkat. Namun akhirnya ia merubah penampilannya menjadi lebih gaul
dengan baju koko khas anak muda dan topi gaulnya karena kebanyakan segmennya
adalah remaja. Karena ke khasan gayanya ini seorang desainer busana muslim
terkenal “Itang Yunaz” mendaulatnya menjadi model bagi pakaiannya. Sejak saat
itu dimanapun dan kapanpun Jefri selalu menggunakan rancangan Itang Yunaz.
Rumah tangganya bersama
Pipk menjadi lebih harmonis. Uje dan Pipik adalah pasangan serasi yang sering
menjadi panutan. Sering mereka berdua tampil di media dengan kompak dan
harmonis bersama keempat anaknya. “Itu adalah prasangka orang dan itu menjadi
doa yang baik buat kita.” Begitu katanya saat dielu-elukan menjadi pasangan
yang sakinah mawaddah wa rahmah. Hal lain yang menjadi ketertarikan publik dari
pasangan ini adalah Uje memilih tak berpoligami. Ia memilih setia pada istrinya
Pipik yang begitu sabar dan setia menemaninya di suka maupun duka. Uje begitu
mengagumi istrinya ini sampai sampa ia membuat lagu yang liriknya begitu
menyentuh kalbu “Bidadari Surgaku” khusus untuk istrinya yang cantik jelita.
Ditanya tentang apa yang disukai Uje dari istrinya, Uje mengaku menyukai
“imutnya”. “Dia tetap cantik dan imut walaupun sudah punya empat anak. Tak
kelihatan seperti ibu-ibu yang sudah punya empat anak.” Begitu tuturnya.
Berikut ini adalah lagu
“Bidadari Surgaku” beserta liriknya.
Jefri Al Buchori
Meninggal Dunia
Namun kesemuanya itu
tidaklah abadi. Awal mempunyai akhir, ada hidup ada kematian. Di jum’at pagi 26
April 2013, dua minggu setelah ulang tahunnya yang ke 40, tersiarlah berita
yang sangat mengejutkan publik yaitu Uje meninggal dunia karena kecelakaan
tunggal saat mengendarai Motor Gede Kawasaki E 60 Bernopol B 3590 SGQ di
Kawasan Pondok Indah Jakarta. Saat itu beliau sempat dilarikan ke rumah sakit
Pondok Indah dan Fatmawati sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada
pukul 2 dini hari. Semua keluarga dan masyarakat begitu syok dan sangat
kehilangan dengan berita ini.
Berikut Kronologi Kecelakaan Uje
Malam itu Uje beserta
Adiknya, Fajar, dan Agus temannya pergi ngopi di daerah Kemang dengan
mengendarai Motor Gede. Awalnya Uje memang kurang sehat namun ia tak mau dibawa
kerumah sakit. Mungkin karena suntuk di rumah dan ingin sekedar mencari angin,
mereka berangkat di kedai kopi biasa mereka kumpul.
Saat pulangnya, sang adik
menawarkan diri untuk membonceng kakaknya namun Uje tak mau, ia ingin menaikinya
sendiri.
Saat itu mereka
beriring-iringan pelan-pelan bukan kebut-kebutan mengendarai Moge (motor gede).
Jam 1 malam, Pas di depan rumah di JL
Gedung Hijau Raya No 17, Pondok Indah. Entah karena mengantuk atau karena masih
limbung dengan badannya, tahu-tahu Uje menabrak pohon Palm dan terjatuh dari
motornya, sedangkan motornya sendiri tersungkur tanpa pengendara sejauh 30
meter.
Langsung Uje ditoong
dengan taksi dan dibawa ke RS Podok Indah dan Fatmawati namun tak tertolong.
Uje dinyatakan meninggal pukul 2 dini hari, Jumat 26 April 2013.
Adik kandung sang ustad,
Fajar Sidiq menegaskan kecelakaan itu merupakan kecelakaan tunggal dan bukan
karena aksi ngebut.
“Tolong digaris besarin
ini murni kecelakaan tunggal bukan karena kebut-kebutan,” ungkap Fajar di rumah
duka di Perumahan Bukit Mas Narmada III Bintaro, Rempoa, Tangerang, Jumat
(26/4/2013).
“Kita menemani beliau
ngopi-ngopi di atas motor. Pas kepulangan itu terjadi insiden tunggal, itu
korbannya almarhum. Tidak ada hal apapun, tidak ada kebut-kebutan. Ini berjalan
dengan normal,” tegasnya.
“Perginya memang sedikit
ada kecelakaanlah di Radio Dalam. Memang kita dari Kemang sempat bilang gimana
kalau kita yang handle? tapi dia bilang ‘nggak apa-apa gue sehat kok’, karena
kita yakin dengan kemampuan beliau ya kita lepas,” urainya lagi.
Sedangkan Moge Kawasaki
Hijau yang dikendarai Uje mengalami rusak parah dibagian depannya. Stang motor
menekuk keatas dan lampu depan hancur. Body belakang juga rusak parah.
Dugaan Bahwa Uje Meninggal Di Atas Moge, Sebelum
Kecelakaan
Dugaan bahwa Uje
meninggal mendadak diatas Moge sebelum jatuh juga sempat terlontar dari salah
satu kawan Uje yang bernama Lukman. Berikut penuturannya.
Dugaan baru menyebutkan,
Ustadz Gaul tersebut meninggal mendadak dalam keadaan menyetir motor gede
(moge) Kawasaki ER-6n bernopol B 3590 SGQ. Faktor meninggal mendadak itulah
yang membuat kendali setir motornya oleng, sampai akhirnya menabrak pembatas
pinggir jalan hingga berujung tabrakan ke pohon palem.
Pendek kata, Ustadz Jefri
sudah dalam kondisi dijemput sakaratul maut sebelum sepeda motornya oleng dan
menabrak pohon palem.
“Dugaan saya, Ustadz
Jefri sudah lebih dahulu meninggal dunia di atas kendaraannya sehingga
kendaraan tak terkendali dan menabrak pohon palem,” kata Lukman Azis Kurniawan,
sahabat Uje yang juga sesama jamaah pengajian Orbit kepada Tribunnews.com,
Senin (29/4/2013).
Lukman mendasarkan
dugaannya itu pada beberapa alasan berikut ini:
Tidak ada tanda-tanda upaya pengereman oleh
pengemudi
Lukman bertutur, tiap
orang yang mengalami sakratul maut biasanya tubuhnya mengejan. “Nah saat
mengejan itu gas ketarik tangan, lalu menabrak pohon,” kata Lukman.
“Apalagi di lokasi tak
ada tanda upaya pengereman sebagai upaya antisipasi pengendara yang lazimnya
kaget menghindari tabrakan,” sambungnya.
Kecil Kemungkinan Uje dalam Kondisi Mengantuk
Dugaan Uje mengantuk juga
disebut sebagai kemungkinan kecil. Karena sang adik, Fajar Sidik, menuturkan
kalau almarhum sudah beristirahat di Kemang, Jakarta Selatan. Apalagi saat
istirahat Uje minum kopi yang dikenal penangkal ngantuk.
“Bila beliau mengantuk,
kondisi gas stabil atau mengendur. Tidak menabrak sangat kencang seperti dibenarkan
polisi,” tutur Lukman.
Uje Tidak Mungkin Ngebut
Lukman juga meyakini
almarhum Uje tidak mungkin dalam kondisi mengebut sebelum kecelakaan terjadi.
Sebab, Uje sudah dua kali
hampir jatuh di kawasan Radio Dalam sebelum akhirnya benar-benar mengalami
kecelakaan di Pondok Indah.
“Pengalaman sebelumnya
dua kali hampir terjatuh di kawasan Radio Dalam lazimnya semakin membuat Uje
makin pelan memacu sepeda motornya.”
Lukman mendasarkan
keyakinan Uje tidak dalam kondisi ngebut itu berdasar kesaksian penyanyi Agus
Idward (personel grup nasyid Snada) yang ikut dalam konvoi motor bersama Uje
dari Kemang ke Pondok Indah.
Agus Idward kepada Lukman
bertutur, Uje malam itu menempuh perjalanan 1,5 jam dari Kemang ke Pondok
Indah. Ini waktu tempuh yang relatif lama, apalagi jarak Kemang dan Pondok
Indah terbilang tidak terlalu jauh ditambah kondisi perjalanan lepas tengah
malam yang kecil kemungkinan terjebak macet.
“Dugaan kuat saya, beliau
memacu kendaraan justru pelan, tapi karena meninggal mendadak di atas sepeda
motor, tubuhnya mengejan dan gasnya otomatis tertarik. Itu yang membuat
tabrakan amat kencang ke pohon palem,” tuturnya, seolah berhipotesa.
Mengenai adanya
rerumputan yang terkoyak di taman dekat pohon palem, Lukman melihatnya itu
bukan sebagai tanda upaya pengereman.
Kalau memang Uje sudah
meninggal sebelum menabrak pohon palem, lantas mengapa almarhum dibawa ke Rumah
Sakit Pondok Indah? Mengapa tidak langsung diotopsi di Rumah Sakit Fatmawati?
“Karena waktu itu Agus
Idward juga belum yakin apakah kondisi Uje sudah meninggal atau masih bisa
ditolong,” tutur Lukman.
Lukman merasa perlu
melontarkan dugaan baru penyebab kecelakaan Ustadz Jefri itu karena ia terusik
dengan santernya spekulasi yang menyebut almarhum mengantuk dan ngebut
mengemudi sepeda motornya. “Rasa-rasanya tidak mungkin,” imbuhnya.
Apakah Ustadz yang
berduet dengan Pasha Ungu itu mengalami serangan jantung yang membuatnya
meninggal mendadak? “Nah, kalau itu saya tak berani ambil kesimpulan, karena
saya bukan ahli medis,” tuturnya. Wallohu’alam Bishowwab.
Firasat Uje Sebelum Meninggal Dunia
Sebenarnya Uje sepertinya
sudah merasa bahwa dirinya akan berpulang. Hal ini terungkap dari pesan singkat
di blackberry tiga hari sebelum beliau meninggal yang berisi permohonan maafnya
keseluruh masyarakat, ia juga menegaskan bahwa nomor blackberrynya sudah tak
diaktifkan lagi. Berikut isinya "Mohon maaf BB ini tidak aktif, sekali
lagi mohon maaf lahir bathin," Secara tak sengaja blackberry beliau juga
kecebur kolam sehingga rusak.
Fajar sang adik juga
diamanahi jika suatu saat meninggal Uje ingin dimakamkan di dekat Apihnya
(ayahnya). "Beliau sempat amanat ke saya pas ziarah terakhir, waktu mau
umroh kemarin. Beliau bilang 'kalau gue mati, gue mau deket sama Apih (sebutan
ayah, red)," tutur sang Adik Fajar, di rumah duka kawasan Bintaro,
Tangerang Selatan.
Tak hanya itu, ia pun
sempat berpesan kepada sahabatnya Ustad Solmed dengan memberikan cincin dan
sebuah peci milik Uje beberapa waktu yang lalu. Setelah memberikan kedua barang
tersebut, almarhum pun meminta Ustad Solmed untuk melanjutkan karier dakwahnya.
"Saya sempat dikasih
cincin sama dikasih peci yang baru dia pakai. Terus, dia minta saya untuk
lanjutin dakwahnya," ungkapnya. Rupanya, itu amanat dari beliau terakhir
kalinya. Mendapat amanah tersebut, Ustad Solmed mengaku sempat terkejut.
"Ya saya bilang, 'ente jangan begitu, namanya berdakwah nggak boleh
berhenti'," ujarnya seraya mengingatkan sang sohib.
Menurut Fajar, Uje sempat
bilang dirinya ingin beristirahat sejenak dari dunia dakwah."Gue mau
istirahat, ceramah udah capek," ungkap Fajar menirukan ucapan Uje seraya
berkaca-kaca.
Sang istri, Pipik Dian
Irawati pun pernah diberikan pertanda oleh suami tercintanya. Pipik yang
terlihat tegar itu menceritakan, ia pernah diminta untuk latihan memandikan
jenazah oleh pria yang akrab disapa Uje tersebut.
"Memang kemarin
siang itu kita tiduran berdua, dia bilang, yuk Mi, latihan mandiin jenazah.
Nggak mau ah. Terus dia bilang gak apa-apa, Umi biar hafal. Terus saya tanya,
yang jadi modelnya siapa? Dia bilang Abi aja. Terus saya bilang, kita berdua
aja jadi modelnya," tuturnya saat ditemui di kediamannya di kawasan
Rempoa, Bintaro, Tangerang.
Beberapa hari sebelum
meninggal, Uminya juga sering mendengar Uje mengatakan bahwa ia akan “Jatuh
Tempo”. Saat itu Uminya tak mengerti maksud ucapan anaknya namun setelah
kejadian itu uminya baru tahu bahwa maksud dari “jatuh tempo” adalah umur Uje.
Uje juga menulis di
Twitternya seperti berikut ini “ Pada akhirnya... semua akan menemukan yg
namanya titik jenuh...Dan pada saat itu...Kembali adalah yg terbaik...Kembali
pada siapa...??Kepada “DIA” pastinya...Bismi_KA Allohumma ahya wa amuut...”
Kumpulan
Tauziyah, Kata – Kata Mutiara Uje
Kehidupan
·
Hidup itu
memang terkadang rumit, namun serumit apapun kehidupan ini tetap harus kita
jalani, karena Tuhan punya rencana dibalik semua ini.
·
Berhati-hatilah
dengan perkataanmu, karena ia cuma bisa dimaafkan, bukan dilupakan.
·
Tetaplah
berada dijalur yang benar, walau banyak godaan untuk berbelok arah dijalur yang
salah.
·
Kita tidak
bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa
berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain.
·
Hidup ini
singkat, maka jangan membuatnya lebih singkat lagi dengan sesuatu yang sia-sia
·
KetidakBISAANmu
jika diatasi akan membuat ketidakBIASAAN dalam hidupmu. Suatu saat orang-orang
akan bilang kamu LUAR BIASA!
·
Hidup ini
terlalu singkat kalau hanya diisi dengan berkeluhkesah
·
Berhati-hatilah
ketika nge-twit, karena ia bisa membuat pembacanya sukses bahagia atau sesak
menderita.
·
Kebahagiaan
bukanlah disaat kita memiliki kesempurnaan, namun ketika kita dapat menerima
ketidaksempurnaan dengan tulus dan ikhlas.
·
Hargailah
hari kemarin, Hiduplah untuk hari ini; Dan mimpikanlah hari esok
·
HIDUP itu
SIMPLE, tapi kita sendiri yang NGOTOT bikin RUWET
·
"Jangan
takut dengan kesalahan. Kebijaksanaan biasanya lahir dari kesalahan."
·
Satu hal yang
paling penting dalam hidup adalah bagaimana kita memaknai hidup itu sendiri
·
Andalah yang
mewarnai hidup Anda dengan cara pandang menurut diri Anda sendiri, artinya
kehidupan Anda adalah ciptaan pikiran Anda sendiri
·
Kadang kita
seperti orang bodoh. Terlalu mendramatisir masalah, terlalu lupa akan
pemecahan.
·
Hidup itu
adalah berdasarkan pilihan, bukan berdasarkan kesempatan
·
Pernah dengar
orang berkata 'menjalani hidup seperti air mengalir'? kenyataannya hanya ikan
mati yang mengikuti air mengalir
·
Kenapa harus
berdamai dengann masa lalu? Karena ia tak pernah memusuhi masa kini.
·
Tanamlah
Kebaikan, Rawatlah kesabaran , PETIKLAH KEBAHAGIAAN
·
Taklukan masa
lalumu atau masa lalumu akan menghantuimu
·
Perlu menjadi
ikan yang kuat agar bisa melawan arus.. kalo hanya mengapung, ikan mati pun
bisa.
·
Rahasia dalam
hidup ini, seringkali bukan seberapa hebat Anda. Tetapi seberapa besar jiwa
(hati) Anda.
·
People who
have direction in their lives go farther and faster and get more done in all
areas of their lives.
·
Nobody has a
perfect life. Everybody has their own problems. Some people just know how to
deal with it in a perfect way.
·
Hadapi
masalah tanpa masalah, agar masalah tidak menjadi risalah kesalahan sepanjang
perjalanan ini
·
Sombong yang
sebenarnya bukanlah saat kita berkata "saya yang paling hebat" tapi
saat kita berkata "saya bisa melakukan semuanya sendiri"
·
Waktu lahir
kedua tangan kita kosong, ketika meninggal kedua tangan kita pun kosong. Waktu
datang dan pergi kita pun tidak membawa apa-apa.
·
Hidup itu
proses yang harus dijalan dengan nyata bukan sekedar angan-angan
·
Orang selalu
menyalahkan keadaan. Padahal di dunia ini orang yang berhasil adalah yang
bangkit dan mencari. atau menciptakan keadaan yang diinginkan
Usaha, Karir dan
Kesuksesan
·
Sukses sangat
ditentukan oleh kuatnya kemauan dari dalam diri untuk belajar dan bekerja
keras.
·
'Empat
Kekuatan' untuk meraih kesuksesan: 1. Kemauan. 2. Kemampuan. 3. Kesempatan. 4.
Karakter.
·
Orang sukses
punya 1 kelebihan CARA untuk menghadapi masalah. Orang gagal punya 1 kelebihan
ALASAN untuk memaklumkan ketidakamuampuannya.
·
Hentikan apa
yang sudah lama kita lakukan dan sama sekali tidak membawa kemajuan.
·
Semua
kesuksesan besar dimulai dari niat untuk memberi manfaat
·
Menjadi
sukses itu bukanlah suatu kewajiban, yang menjadi kewajiban adalah perjuangan
kita untuk menjadi sukses.
·
Jika kamu
menyerah hanya karena kata-kata orang lain yang ingin menjatuhkanmu, berarti
kamu gagal dan orang itu berhasil.
·
Saat kau
terlalu mengandalkan orang lain, sama halnya kau sedang memojokan dirimu
sendiri.
·
Semua yang
sudah sampai di puncak sakses, mereka memulai dari bangun pag-pagi sekali.
·
Tuhan,
masukkanlah aku kedalam pekerjaan yang di dalamnya aku bebas menjadi orang
jujur yang produktif.
·
kegagalan
adalah sukses yang tertunda namun jika kegagalan itu berulang maka itu adalah
pertanda adanya hambatan mental .
·
Kedisiplinan
akan memBIASAkan. Kebiasaan akan memBISAkan. Kebisaan akan menSUKSESkan
·
Jangan buang
hari ini dengan mengkuatirkan hari esok. Gunung pun terasa datar ketika kita
sampai ke puncaknya.
·
Tuhan tidak
meminta kita untuk sukses; Dia hanya meminta kita untuk mencoba.
·
Ada 3 kata
sederhana yang menjamin kesuksesan : peduli, berbagi, berani
·
Success is
never final, failure is never fatal. It's courage that counts.
·
Be amazing.
Be good. Be strong. Be smart. Be cool. But the most important thing is, be
yourself
·
Bermimpi +
Berusaha + Berdoa = SUKSES
·
Banyak
Pemimpi yang awalnya ditertawakan sampai dibilang gila. Semua akhirnya bungkam
setelah melihat mimpi mereka jadi kenyataan.
·
Orang-orang
yang minta gaji lebih, biasanya tidak dapat lebih. Tetapi yang melakukan lebih
dan berkualitas, akan mendapatkan lebih
·
Berani tanpa
disertai kesabaran, akan membunuh Anda.Ambisius tanpa kesabaran, dapat
memusnahkan karir yang paling menjanjikan
·
Pray,
Attitude, Knowledengane, Skill, Action »» PAKSA to be SUCCESS
·
Orang lain
sering meremehkan kemampuan kita. Tidak perlu bimbang apalagi tersinggung. Yang
penting kita tetap yakin dan tidak meremehkan diri sendiri!
·
Karena setiap
hari kita berpikir, maka sebaiknya berpikirlah untuk hal-hal besar, namun tetap
memperhatikan hal-hal kecil yang membawa kebaikan.
·
Anda tidak
dapat membangun rasa percaya diri yang sehat dengan kebiasaan membandingkan
kekurangan Anda dengan kelebihan orang lain
·
Kunci utama
LOA (The Law of Attracion) ada 3 : Ask (imajinasikan keinginan), Believe
(percayadanyakin), and Receive (terima dengan rasa syukur)
Cinta
·
Jika kita
mencintai seseorang, berusahalah cintai kekurangannya, bukan hanya
mengubahanyaa seperti yang kita mau.
·
Jangan pernah
berjanji kamu tak akan saling mengecewakan, namun berjanjilah kamu akan tetap
bersama meski dikecewakan
·
Tidak ada hal
yang lebih lembut dari kekuatan, dan tidak ada hal yang lebih kuat dari
kelembutan
·
Hidup ini
terlalu singkat tuk dihabiskan dengan seseorang yang dirimu sendiri masih
bertanya apakah dia orang yang tepat tuk menemani hidupmu.
·
Kita tak akan
pernah menghayati betapa besarnya cinta orangtua pada kita, sampai suatu saat
kita jadi orangtua.
·
Jadilah
contoh yang baik untuk keluargamu dan orang-orang disekitarmu maka mereka akan
menirumu tanpa disuruh. Perbuatan lebih nyata dari kata-kata
·
Cinta itu
demikian indah, sehingga cinta yang ditolak pun memiliki derita yang
keindahannya tak terjelaskan
·
Cinta harus
memiliki. Hanya orang menyerah yang mengatakan bahwa cinta tak harus memiliki.
·
Sakit hati
itu wajar, yang tidak wajar adalah meratapi kesakitan itu tanpa henti.
Ikhlaslah bahwa sakit itu bagian dari hidup.
·
sahabat
sejati adalah sahabat yang tidak menikam dari belakang, ngefitnah dengan orang
lain dan meninggalkan saat di butuhkan
·
Perselingkuhan
yang terindah adalah perselingkuhan yang tidak pernah terjadi.
·
Kesuksesan
dan cinta ibarat dua roda sepeda, harus berputar seimbang agar sampai ditujuan
·
Perbedaan
yang mencolok antara sahabat dan kekasihmu adalah 'tentang kepeduliannya.
·
PACARAN yang
sukses adalah jatuh cinta sering kali,selalu terhadap orang yang sama.
·
Cinta sejati
adalah cinta tanpa syarat ! Dimana keputusan adalah penguasanya, bukan perasaan
!
·
Putus cinta
bukanlah akhir dari segalanya. Itu hanyalah awal untuk menemukan cinta
sejatimu.
·
Kadang
mengalah dan meminta maaf itu lebih baik daripada menjelaskan segalanya kepada
orang yang tak mau mengerti
·
Jika
seseorang membencimu, menertawakanmu, atau menghinamu, itu karena sebenarnya
kamu memiliki sesuatu yang dia inginkan
·
Hati wanita
bukanlah sebuah mainan. Siapapun yang memperlakukannya seperti itu bukanlah
seorang pria, dia hanya seorang anak lelaki.
·
Warisan
paling berharga yang telah diberikan orangtua adalah seluruh waktu mereka untuk
membesarkan kita
·
Cinta bisa
membuat waktu terlewati. Dan Waktu pun bisa membuat cinta terlewati
·
Kesepian yang
sesungguhnya adalah ketika kamu tidak lagi mampu mendengar suara hatimu sendiri
yang terisak keras.
·
Seseorang
yang PANTAS untuk "dipertahankan", 1.Dia yang mampu membuat kamu
tersenyum, 2. Yang mampu membuat nyaman, 3.Yang pernah meneteskan airmata untuk
kamu
·
Jika diri
merasa tidak siap untuk menyentuh hati seseorang, lbh baik jangan mmbuat dia
mnjadi terbang. Dia akan SAKIT jika kamu tidak siap menangkapnya
·
Wanita yang
menangis karena lelaki adalah bisa dikatakan dalam kategori wanita yang terlalu
lebih mengasihi dan wanita bodoh yang mau berlanjut dalam kesedihan
·
Jangan
meremehkan pria atau kau takkan dihargainya. Begitupun pria, Jangan abaikan
wanita atau kau akan kehilangannya
·
"Jangan
memilih pria yang lebih baik.Pilihlah pria yang membuatmu menjadi wanita yang
lebih baik."
·
Cintailah
seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna. Apa adanya.
·
Sesungguhnya
PHP (Pemberi Harapan Palsu) itu tidak ada, hanya saja 'berharapnya-lah yang
terlalu berlebihan'.
·
Keluarga
adalah sumber kebahagiaan. Kebahagiaan akan membuat hidup penuh syukur. Tuhan
melindungi orang-orang yang bersyukur ditengah keluarganya.
·
Orang yang
merasa SAKIT karena CINTA, Perlu diragukan KADAR CINTA nya
·
CEMBURU itu
wajar, karena kamu takut kehilangan. Tapi jika TERLALU, kamu lebih mencintai
dirimu sendiri daripada cinta itu sendiri
·
Hidup bukan
cuma masalah cinta. Ada saatnya nanti kita bakal merasakan arti cinta yang
sesungguhnya
·
Mencintainya
tanpa syarat dan tidak mengharapkan apa-apa dari dia. Menjaga komunikasi demi
menjaga kelanggengan hubungan.
·
Cinta sejati
tak datang begitu saja, banyak proses yang harus dilalui dalam tangis, tawa,
suka dan duka bersama.
·
Pria, jangan
jadikan "harta"mu sebagai senjata mendapatkan wanita. Jadikan
"harta"mu bonus untuk wanita yang menerima dirimu.
·
Tidak ada
satupun hal yang dapat membandingkan seorang IBU. Karena dia adalah Jiwa
terindah yang layak kita balas dengan cinta
·
"Cinta
berarti merangkul 'semuanya' : Kebaikan, kekurangan, bahkan keburukannya."
Belajar
·
3 tahap dalam
keberhasilan: BELAJAR, MENCOBA, dan MENGULANGI kembali.
·
Banyak
master-master dari beragam latar belakang dan profesi berbagi ilmu di TL
mereka. Follow, berkenalan dan belajarlah dari para pakarnya
·
ilmu itu
adalah perhiasan yang paling menawan dan tiada tandingannya bagi orang yang
benar-benar ikhlas mencarinya
·
Inspirasi
memang bisa datang dimalam sesunyi ini. Selama membawa manfaat, maka gunakanlah
kesunyian ini dengan penuh tanggungjawab.
·
Tidak ada
orang yang benar-benar malas. Seorang pemalas adalah orang yang rajin tidak
melakukan apa-apa
·
Yang penting
bukan berapa banyak yang kita pelajari, tetapi berapa banyak yang kita ingat.
·
Membaca
membuatmu MENGETAHUI, Bertindak membuatmu MEMAHAMI
·
Menuntut ilmu
itu penuh rintangan hanya cita-cita dan niat yang kuat dapat menghalaunya
·
Belajar itu
tidak hanya untuk memicu otak menjadi cerdas, tetapi juga yang bisa memacu otot
untuk bergerak.
Doa
·
Janganlah kau
merasa senang saat berbuat dosa, sesungguhnya perasaan senang itu jauh lebih
buruk dari perbuatan dosa itu sendiri.
·
Orang yang
mengeluh adalah orang yang lupa bersyukur, padahal tanpa dia sadari, karunia
Tuhan telah dia nikamuati setiap hari.
·
Bersukacitalah
dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
·
Jika kamu
berdoa, jangan meminta kehidupan yang mudah, tapi mintalah kepada tuhan untuk
menjadikanmu pribadi yang kuat
·
Jangan hitung
berapa kali orang menyakiti dan meninggalkanmu, tapi berapa kali kau menyakiti
Tuhan dan Ia tidak pernah meninggalkanmu.
·
DOA
memberikan kekuatan Pada yang Lemah,Tidak Percaya Menjadi Percaya, Dan Memberikan
Keberanian Pada Yang Ketakutan
·
Tidak ada
satupun di dunia ini, yang bisa di dapat dengann mudah. Kerja keras dan DOA
adalah cara untuk mempermudahanyaa
·
Zaman
sekarang, banyak handphone yang mahal dan canggih. Tapi, alat komunikasi yang
paling ampuh tetaplah ... DOA!
·
DIA
menghadiahi kita 86.400 detik hari ini. Sudahkah kita gunakan sekian detik
untuk bersyukur?
·
Doa orangtua
adalah kasihsayang yang terindah.
·
Terkadang
yang membuat doa tak terjawab adalah kurangnya tindakan.
Berikut Ini Penuturan Lengkap Ustadz Jefri Al
Buchori dan Istrinya, Pipik Dian Irawati, Tentang Masa Mudanya Sampai
Pertobatannya.
Sebetulnya aku tidak ingin bercerita banyak tentang
masa laluku. Maklum, masa laluku sangat kelam. Namun, setelah kupikir, siapa
tahu perjalanan hidupku ini bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Baiklah,
aku bersedia membagi pengalaman hidupku pada para pembaca. Insya Allah, ada
gunanya.
Aku lahir dengan nama Jeffry Al Buchori Modal pada 12
April 1973 di Jakarta. Waktu aku lahir, keluargaku memang sudah menetap di
Jakarta. Aku lahir sebagai anak tengah, maksudku anak ke-3 dari lima
bersaudara. Tiga saudara kandungku laki-laki, dan si bungsu adalah perempuan.
Layaknya bersaudara, hubungan kami berlima cukup dekat. Sekadar bertengkar,
sih, wajar saja. Apalagi, jarak usia kami tidak berjauhan.
Apih (panggilan Jefri untuk ayahnya, Red.), M. Ismail
Modal, adalah pria bertubuh tinggi besar asli Ambon, sedangkan Umi, begitu aku
biasa memanggil ibu, Tatu Mulyana asli Banten. Apih mendidik kami berlima
dengan sangat keras. Tapi, kalau tidak begitu, aku tidak akan merasakan manfaat
seperti sekarang. Kalau kami sampai lupa salat atau mengaji, wah, jangan
ditanya hukuman yang akan diberikan Apih. Dalam hal agama, Apih dan Umi memang
mendidik kami secara ketat.
Namun, sebetulnya Umi adalah seorang ibu yang amat
sabar dan lembut dalam menghadapi anak-anaknya. Apih pun orang yang selalu
bersikap obyektif. Dia akan membela keluarganya mati-matian bila memang
keluarganya yang benar. Sebaliknya dia tidak segan-segan menyalahkan kami bila
memang berbuat salah.
Berada di lingkungan keluarga yang taat agama
membuatku menyukai pelajaran agama. Sewaktu kelas 5 SD, aku pernah ikut
kejuaraan MTQ sampai tingkat provinsi. Selain agama, pelajaran yang juga
kusukai adalah kesenian. Entah mengapa, aku suka sekali tampil di depan orang
banyak. Oh ya, setelah kenaikan kelas, dari kelas 3 aku langsung melompat ke
kelas 5. Jadilah aku sekelas dengan kakakku yang kedua.
Lulus SD, Apih memasukkanku dan kedua kakakku ke
sebuah pesantren modern di Balaraja, Tangerang. Beliau ingin kami mendalami
pelajaran agama. Rupanya tidak semua keinginannya bersambut, semua ini karena
kenakalanku.
Orang bilang, anak tengah biasanya agak nakal. Aku
tidak tahu ungkapan itu benar atau tidak. Yang jelas hal itu berlaku padaku.
Sebagai anak tengah, aku sering membuat orang tua kesal. Di pesantren, aku
sering berulah.
Salah satu kenalakanku, di saat yang lain salat, aku
diam-diam tidur. Kenakalan lain, kabur dari pesantren untuk main atau nonton di
bioskop adalah hal biasa. Sebagai hukumannya, kepalaku sering dibotaki. Tapi,
tetap saja aku tak jera.
Tampaknya aku seperti punya kepribadian ganda, ya. Di
satu sisi aku nakal, di sisi lain keinginan untuk melantunkan ayat-ayat suci
begitu kuat. Tiap ada kegiatan keagamaan, aku selalu terlibat. Bersama kedua
kakakku, aku juga pernah membuat drama tanpa naskah berjudul Kembali Ke Jalan
Allah yang diperlombakan di pesantren. Ternyata karya kami itu dinilai sebagai
drama terbaik se-pesantren.
Bahkan, aku juga juara lomba azan, lomba MTQ, dan qasidah.
Akan tetapi, entah kenapa, aku juga tak pernah ketinggalan dalam kenakalan.
Tinggal dalam lingkungan pesantren, kelakuan burukku bukannya berkurang, malah
makin menjadi. Puncaknya, aku sudah bosan bersekolah di pesantren.
Akhirnya, hanya empat tahun aku di pesantren. Dua
tahun sebelum menamatkan pelajaran, aku keluar. Lalu, Apih memasukkanku ke
sekolah aliyah (setingkat SMA, Red.). Rupanya keluar dari pesantren tidak
membuatku lebih baik. Aku yang mulai beranjak remaja justru jadi makin nakal.
Ustad Jefri juga pernah
menjadi penari diskotek, foto model, pemain sinetron yaitu di sinetron
“Kerinduan” yang tayang di Indosiar dan “Pendekar Halilintar”, bahkan juga dinobatkan sebagai Pemeran Pria Terbaik dalam Sepekan Sinetron
Remaja yang diadakan TVRI tahun 1991.
Berikut penuturan Uje.
Kenal Dunia Malam
Memang, sih, tiap ada acara keagamaan aku tak pernah
ketinggalan. Namun, aku juga selalu mau bila ada teman mengajak ke kantin
sekolah. Bukan untuk jajan, tapi memakai narkoba! Aku juga sering kabur dan pergi
tanpa tujuan yang jelas. Ya, aku seperti burung lepas dari sangkar, terbang tak
terkendali.
Masa SMA memang suram bagiku. Masa yang tak pernah
lengkap. Maksudnya, aku tak punya teman sebaya. Kenapa? Ya, meski usiaku masih
15 tahun, aku bergaul dengan pemuda berusia 20 tahunan. Pacaran pun dengan yang
lebih tua. Di sekolah ini aku hanya bertahan setahun. Pindah ke SMA lain,
keseharianku tak jauh berbeda. Malah makin parah.
Dari perkenalan dengan beberapa teman, aku mengenal
petualangan baru. Umur 16 tahun, aku mulai kenal dunia malam. Aku masuk sekolah
hanya saat ujian. Buatku, yang penting lulus. Aku lebih suka mendatangi
diskotek untuk menari. Terus terang, aku memang tertarik pada tarian di
diskotek. Tiap ke sana, diam-diam aku selalu mempelajari gerakan orang-orang
yang nge-dance. Lalu kutirukan.
Aku jadi seorang penari, bertualang dari satu diskotek
ke diskotek lain, tenggelam dalam dunia malam. Saat ada lomba dance, aku
mencoba ikut. Usahaku tak sia-sia. Beberapa kali aku berhasil memboyong piala
ke rumah sebagai the best dancer. Selain itu, aku juga berhasil jadi penari di
Dufan pada tahun 1990, meski hanya selama setahun. Sampai sekarang masih banyak
temanku yang jadi penari di sana.
Aku juga pernah jadi foto model, bahkan ikut fashion
show di diskotek. Mungkin waktu itu aku merasa sangat cakep, ya. Tapi
menurutku, kegiatan-kegiatan itu masih positif, meski terkadang aku suka minum.
Dengan segala kebengalanku, tahun 1990 aku berhasil lulus SMA.
Main Sinetron
Aku mengalami masa yang menurutku paling dahsyat
setelah tamat SMA. Ceritanya salah seorang teman penari, memperkenalkanku pada
Aditya Gumai yang saat itu aktif di dunia seni peran. Dari Aditya aku mengenal
dunia akting. Waktu itu, kami masih latihan menari di Taman Ismail Marzuki.
Saat latihan pindah ke Gedung Pemuda di Senayan, mulailah aku main sinetron.
Mulanya aku hanya mengamati para pemain yang sedang syuting, sambil diam-diam
belajar.
Aku memang suka mencuri ilmu. Waktu tidur di kos salah
satu temanku di dekat kampus Institut Kesenian Jakarta, aku sering mencuri ilmu
juga dari para mahasiswa. Kalau mereka sedang kuliah atau praktik, aku sering
mengamati mereka.
Nah, ketika para pemain sinetron sedang latihan,
terkadang aku menggantikan salah satunya. Ternyata aku ditertawakan. Karena
pada dasarnya aku orang yang enggak suka diperlakukan seperti itu, aku malah
jadi terpacu. Aku makin giat berlatih akting secara otodidak. Akhirnya, saat
yang senior belum juga dapat giliran main, aku sudah mendapat peran. Aku diajak
Aditya main sinetron. Waktu dikasting, aku berhasil mendapat peran.
Tahun 1990, aku main sinetron Pendekar Halilintar.
Saat itu, sinetron masih dipandang sebelah mata oleh bintang film. Namun, Apih
mati-matian menentangku. Kenapa? Rupanya Apih tahu persis seperti apa
lingkungan dunia film. Dulu, beliau juga pernah main film action, antara lain
Macan Terbang dan Pukulan Berantai. Dari beliaulah aku menuruni darah seni.
Ditentang Apih tak membuat langkahku surut. Mungkin
jalan hidupku memang harus begini. Tak satu pun larangan Apih yang mampir ke
otakku untuk kujadikan bahan pikiran. Nasihat Apih tak lagi kudengarkan.
Tawaran untuk main sinetron yang berdatangan membuatku makin yakin, inilah yang
kucari. Aku tak mau menuruti keinginan orang tua karena merasa diriku benar.
Akhirnya konflik antara aku dan orang tuaku pecah.
Sebagai bentuk perlawananku pada orang tua, aku tak
pernah pulang ke rumah. Tidur berpindah-pindah di rumah teman. Rambut juga
kupanjangkan. Aku seperti tak punya orang tua. Bahkan, tak pernah terlintas
dalam benakku bahwa suatu hari mereka akan pulang ke haribaan. Yang kupikirkan
hanya kesenangan dan egoku semata.
Pada saat bersamaan, karierku di dunia seni peran
terus melaju. Aku semakin mendapatkan keasyikan. Setelah itu, aku mendapat
peran dalam sinetron drama Sayap Patah yang juga dibintangi Dien Novita, Ratu
Tria, dan almarhum WD Mochtar.
Aku semakin merasa pilihanku tak salah setelah
dinobatkan sebagai Pemeran Pria Terbaik dalam Sepekan Sinetron Remaja yang
diadakan TVRI tahun 1991. Aku bangga bukan main, karena merasa menang dari
orang tua. Kesombonganku makin menjadi. Aku makin merasa inilah yang terbaik
buatku, ketimbang pilihan orang tuaku.
Sejak kenal sinetron, aku makin menyukai dunia akting.
Aku tak peduli meski Apih menentangku. Namun, belakangan aku paham, dibalik ketidaksetujuannya,
sebetulnya orang tuaku menyimpan rasa bangga. Orang tua cerita, mereka sedang
ke Tanah Suci membawa rombongan ibadah haji saat sinetron Sayap Patah yang
kumainkan ditayangkan.
Ternyata, mereka nonton sinetronku. Komentar mereka membanggakanku.
Mereka mengakui, ternyata aku bisa berprestasi. Setelah itu, aku mendapat
berbagai tawaran main, antara lain sinetron Sebening Kasih, Opera Tiga Jaman,
dan Kerinduan. Selain namaku makin mencuat, rezeki juga terus mengalir.
Namun, aku malah jadi lupa diri. Ketenaran tidak
penting buatku. Yang penting menikmati hidup. Dunia malam terus kugeluti. Kalau
ke diskotek, aku tak lupa mengonsumsi narkoba. Bahkan, untuk urusan yang satu
ini, aku bisa dibilang tamak. Biasanya, aku meminum satu pil dulu. Kalau kurasa
belum “on”, kuminum satu lagi. Begitu seterusnya.
Akhirnya, aku jadi sangat mabuk. Pandanganku pun jadi
kabur. Mau melihat arloji di tangan saja, aku harus mendekatkannya ke wajahku,
sambil menggoyang-goyangkan kepala dan membelalakkan mata supaya bisa melihat
dengan lebih jelas. Parah, ya? Begitulah kebandelanku terus berlangsung.
Kecanduan Kian Parah
Suatu hari di tahun 1992, Apih meninggal karena sakit.
Aku menyesal bukan main karena selama ini selalu mengabaikan nasihat Apih.
Menjelang kepergiannya, aku berdiri di samping tempat tidurnya di rumah sakit
sambil menangis. Melihatku seperti itu, Apih mengatakan, laki-laki tak boleh
menangis. Laki-laki pantang keluar air mata. Bayangkan, bahkan di saat-saat
terakhirnya pun Apih tetap menunjukkan sikapnya yang penuh kasih padaku yang
durhaka ini.
Sore itu aku dimintanya pulang ke rumah dan beliau
memberiku ongkos. Aku menurut. Begitu aku pulang, Allah mengambilnya. Aku syok
berat. Saat Apih dimakamkan, aku turun ke liang lahat dan memeluk jasadnya. Aku
tak mau beranjak meski makam akan ditutup. Aku tak mau melepas kepergiannya.
Aku menyesali perbuatanku. Selama Apih masih hidup, aku tak pernah mau
mendengarkan ucapannya.
Sejak itu, Umi membesarkan kami berlima. Hidupku terus
berjalan. Bukan ke arah yang baik, namun aku kembali ke masa seperti dulu.
Penyesalan yang sebelumnya begitu menghantuiku karena ditinggal Apih, seolah
lenyap. Kebandelanku bahkan makin menjadi sepeninggal Apih. Kesombonganku juga
lebih besar dari sebelumnya karena merasa berprestasi dan punya uang banyak.
Tak seorang pun kudengarkan lagi nasihatnya.
Ketika temanku menasihati, aku mencibir. Siapa dia
sampai aku harus mendengarkan ucapannya? Ucapan orang tua saja tak kugubris.
Aku tenggelam dalam duniaku sendiri dan jadi pecandu narkoba. Waktu itu, aku
beralasan karena ada masalah di rumah. Padahal, sebetulnya alasan apa pun,
termasuk broken home atau teman, tidak bisa dijadikan alasan. Diri sendirilah
alasannya, karena bagaimana pun, kita lah yang menentukan semua yang terjadi pada
diri kita.
Jadi, tidak perlu membawa-bawa orang lain atau
keadaan. Namun, kesadaran seperti ini mana mungkin muncul pada diriku yang
waktu itu sangat arogan? Aku makin jauh dari Tuhan. Padahal, sebelah rumahku
ada masjid. Ketika orang berpuasa di bulan Ramadan pun, aku tetap melakukan
kemaksiatan. Lalu, saat Lebaran tiba dan orang-orang sibuk bertakbir, aku malah
sibuk mencari celah waktu dan tempat di mana aku bisa berbuat maksiat.
Semua ilmu agama yang pernah kupelajari dan kemampuan
membaca Quran seperti hilang. Akal sehatku seperti hilang. Kecanduanku pada
narkoba juga makin parah, bahkan sampai mengalami over dosis dan aku hampir
mati. Kejahatan demi kejahatan moral terus kulakukan.
Nama Di Diskualifikasi Dari Seni Peran Apapun
Tak perlu aku menceritakan detail tentang kejahatan
yang kulakukan. Yang jelas, suatu hari aku merasa menderita karena ketakutan
setelah melakukan sebuah perbuatan. Aku benar-benar ketakutan! Aku jadi gampang
curiga pada siapa saja. Aku selalu berburuk sangka pada apa pun. Kesombonganku
pada uang dan prestasi lenyap digantikan ketakutan. Yang kulakukan setiap hari
adalah berdiam diri di kamar, dengan selalu berpikiran bahwa setiap orang yang
datang akan membunuhku. Aku sibuk mengintip dari bawah pintu, siapa tahu ada
orang datang untuk membunuhku.
Telingaku jadi sangat sensitif. Aku sering merasa
mendengar ada orang sedang berjalan di atap rumah ingin membunuhku. Aku
tersiksa selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
Orang-orang mengatakan, aku sudah gila.
Pada saat bersamaan, kecanduanku pada narkoba
membuatku termasuk dalam daftar hitam dunia sinetron. Namaku dicoret. Tak ada
lagi yang mau memakaiku sebagai pemain. Selain itu, cewek-cewek yang ada di
dekatku juga menjauh. Dulu aku termasuk playboy.
Di saat aku sendiri, ada Umi yang selama ini sudah
sangat sering kusakiti hatinya. Umi tetap menyayangiku dengan cintanya yang
besar. Seburuk apa pun orang berkomentar tentang aku, hati Umi tetap baik dan
sabar. Air matanya tak pernah kering untuk mendoakan anak-anaknya, terutama aku
agar berubah jadi lebih baik.
Doa tulus Umi dikabulkan Allah. Sungguh luar biasa,
Allah menunjukkan kebaikan-Nya padaku. Allah memberiku kesempatan untuk
bertobat. Kesadaran ini muncul lewat suatu proses yang begitu mencekamku.
Diajak Umi Umroh
Sungguh, aku merasa sangat ketakutan ketika suatu hari
bermimpi melihat jasadku sendiri dalam kain kafan. Antara sadar dan tidak, aku
terpana sambil bertanya pada diri sendiri. Benarkah itu jasadku? Aku juga
disiksa habis-habisan. Begitulah, setiap tidur aku selalu bermimpi kejadian
yang menyeramkan. Dalam tidur, yang kudapat hanya penderitaan. Aku jadi takut
tidur. Aku takut mimpi-mimpi itu datang lagi.
Aku juga jadi takut mati. Padahal dulu aku sempat
menantang maut. Meminta mati datang karena aku tak sanggup lagi bertahan saat
ada masalah dengan seorang cewek. Sebetulnya sepele, kan? Tapi masalah itu
kuberat-beratkan sendiri. Rasa takut mati itulah yang akhirnya membuatku sadar
bahwa ada yang tidak meninggalkanku dalam keadaan seperti ini, yaitu Allah.
Aku teringat kembali pada-Nya dan menyesali semua
perbuatanku selama ini. Pelan-pelan, keadaanku membaik. Kesadaran-kesadaran itu
datang kembali. Aku menemui Umi, bersimpuh meminta maaf atas semua dosa yang
kulakukan. Umi memang luar biasa. Betapa pun sudah kukecewakan demikian rupa,
beliau tetap menyayangi dan memaafkanku. Umi lalu mengajakku berumrah.
Dengan kondisiku yang masih labil dan rapuh, kami
berangkat ke Tanah Suci. Kali ini aku berniat sembuh dan kembali ke jalan
Allah. Di sana, aku mengalami beberapa peristiwa yang membuatku sadar pada
dosa-dosaku sebelumnya. Usai salat Jumat di Madinah, Umi mengajakku ke Raudhoh.
Aku tak tahu apa itu Raudhoh, tapi kuikuti saja. Umi terus meminta ampunan pada
Allah.
Aku lalu keluar, berjalan menuju makam Nabi Muhammad.
Aku bersalawat. Begitu keluar dari pintu masjid, rasanya seperti ada yang
menarikku. Aku mencoba berjalan sekuat tenaga, tapi tak bisa. Kekuatan itu
rasanya sangat besar. Aku lalu bersandar pada tembok. Air mataku yang dulu tak
pernah keluar, kini mengalir deras. Aku menyesali dosa-dosaku, dan berjanji tak
akan melakukan lagi semua itu.
Bagai sebuah film yang sedang diputar, semua dosa yang
pernah kulakukan terbayang jelas di pelupuk mataku silih berganti, mulai dari
yang kecil sampai yang besar. Tiba-tiba dari mulutku keluar kalimat permintaan
ampunan pada Allah. Di Mekkah, di hadapan Kabah, aku merapatkan badan pada
dindingnya.
Aku bersandar, menengadahkan tangan memohon ampun
karena terlalu banyak dosa yang kulakukan. Seandainya sepulang dari Tanah Suci
ini melakukan dosa lagi, aku minta pada Allah untuk mencabut saja nyawaku.
Namun, seandainya punya manfaat untuk orang lain, aku minta disembuhkan. Aku
yang dulu angkuh, sekarang tak berdaya. Setelah pulang beribadah, aku membaik.
Aku mencoba bertahan dalam kondisi bertobat itu, tapi ternyata sulit luar
biasa.
Sepulang umrah, aku mencoba hidup lurus. Namun,
lagi-lagi aku tergoda. Suatu malam, aku dan teman-teman berencana nonton jazz
di Ancol. Aku memperingatkan mereka untuk tidak bawa narkoba, karena
kami sudah sepakat untuk berhenti memakai. Ternyata, salah satu temanku masih
saja membawa cimeng. Apesnya, kami dirazia polisi di depan Hailai.
Teman-temanku yang lain kabur. Tinggallah aku, temanku
yang membawa cimeng, dan satu teman lain. Aku sulit kabur karena mobil yang
kami pakai adalah mobilku. Akhirnya kami bertiga dibawa ke kantor polisi dan
ditahan. Aku dilepas karena tak terbukti membawa. Kucoba telepon Umi untuk
menjelaskan masalah ini, tapi Umi tak mau menerima teleponku.
Si penerima telepon malah diminta Umi untuk
mengatakan, beliau tak anak bernama Jeffry. Hatiku tercabik-cabik. Pedih
rasanya tak diakui sebagai anak oleh Umi. Kuakui, pastilah hati Umi sudah
sedemikian sakitnya. Bayangkan, aku yang sebelumnya sudah mengaku bertobat, malah
kembali memilih jalan yang salah. Meski aku sudah bersumpah demi Tuhan tidak
memakai narkoba lagi, Umi tak percaya lagi. Itulah puncak kemarahan Umi
Bertemu Pipik Dian Irawati
Sungguh bersyukur, Allah masih berkenan menolongku.
Datang seorang gadis cantik dalam hidupku. Ia mau menerimaku apa adanya.
Sebelumnya, banyak gadis meninggalkanku sehingga aku merasa sebatang kara dalam
cinta. Gadis bernama Pipik Dian Irawati ini seorang model sampul sebuah majalah
remaja tahun 1995, asal Semarang.
Penuturan Pipik Dian Irawati Tentang Jefri Al Buchori
Aku pertama kali melihatnya sedang makan nasi goreng
di Menteng sekitar tahun 1996 – 1997. Rambutnya gondrong. Waktu itu, aku
bersama Gugun Gondrong. Setahuku, Jeffry adalah pemain sinetron Kerinduan,
karena aku mengikuti ceritanya. Aku ingin berkenalan dengannya, tapi Gugun
melarangku.
Tak tahunya, waktu buka puasa bersama di rumah Pontjo
Sutowo, aku bertemu lagi dengannya. Rambutnya sudah dipotong pendek. Aku nekat
berkenalan. Kami mulai dekat dan saling menelepon. Aku enggak tahu kapan kami
resmi pacaran, karena enggak pernah “jadian”. Dia juga tak pernah menyatakan
cinta. Waktu pacaran, dia cuek setengah mati.
Awalnya, semangatnya boleh juga. Pertama kami pergi
bareng, dia datang ke rumah di Kebon Jeruk, di tengah hujan deras dari rumahnya
di Mangga Dua. Jeffry naik taksi dengan memakai jins dan sepatu bot. Ia yang
hanya bawa uang Rp 50 ribu, mengajakku nonton di Mal Taman Anggrek. Di dalam
bioskop, kami seperti nonton sendiri-sendiri. Dia diam saja selama nonton.
Sejak itu, kami sering jalan bareng, karena kami
memang hobi nonton dan makan. Semakin dekat dengannya, aku makin tahu ternyata
dia pemakai narkoba kelas berat. Teman-temanku mulai bertanya, mengapa aku mau
berpacaran dengannya. Aku sendiri tak tahu persis alasannya. Mungkin rasa
sayang yang sudah terlanjur muncul dalam hati yang membuatku mau bertahan.
Hatiku terenyuh dan tak mau meninggalkan dia sendiri.
Tentu saja keluargaku tak ada yang tahu, karena
sengaja kusembunyikan. Mungkin mereka baru tahu sekarang, setelah membaca kisah
hidupnya di berbagai media. Sementara itu, aku sibuk tur keluar kota sebagai
model, sehingga kami sering tak ketemu. Akhirnya kami putus. Waktu akhirnya
ketemu lagi, ternyata dia sudah punya pacar lagi. Karena masih sayang, aku
sering membawakannya hadiah dan memberi perhatian. Setelah Jeffry putus dari
pacarnya, kami kembali bersatu.)
Masa – Masa Sulit Mencari Nafkah
Pipik sangat berarti buatku. Dia mengerti, peduli dan
perhatian padaku. Padahal, aku sempat hampir menikah dengan orang lain.
Ternyata Allah sayang padaku. Allah menunjukkan, wanita yang nyaris kunikahi
itu bukan untukku. Pipik bagai bidadari yang datang dengan cinta yang besar. Ia
memberi keyakinan, menikah dengannya akan membawa perubahan besar dalam
hidupku.
Aku mendatangi Umi dan minta izin untuk menikah. Luar
biasa, Umi tetap menerimaku dengan segala kasih sayangnya. Sambil menangis, Umi
mengizinkanku menikah. Aku sendiri terbilang nekat. Sebab, waktu itu aku tak
punya-apa. Badan pun kurus kering, dengan mata belok, dan penyakit paranoid
yang kuderita tak kunjung sembuh. Bahkan, pekerjaan pun aku tak punya.
Untuk menghindari maksiat, kami menikah di bawah
tangan pada tahun 1999. Teman-temanku yang sekarang sudah meninggal karena over
dosis, sempat menghadiri pernikahanku. Setelah itu, kami tinggal di rumah Umi.
Sekitar 4 – 5 bulan setelah itu, kami menikah secara resmi di Semarang.
Namun, menikah rupanya tak cukup menghentikan
kebandelanku. Istriku pun merasakan getahnya. Aku pernah memakai narkoba di
depannya, dan menggunakan uangnya untuk membeli barang haram tersebut.
Kesulitan lain, aku dan Pipik sama-sama menganggur.
Pernah kami mencoba berdagang kue. Malam hari kami menggoreng kacang, esok
paginya bikin kue isi kacang dan susu. Lalu kami titipkan ke toko kue.
Tapi mungkin rezeki kami bukan di situ. Kue yang kami
buat hanya laku beberapa buah. Dalam sehari kami hanya membawa pulang Rp 200 –
300. Akhirnya kami berhenti berjualan kue. Kehidupan kami selanjutnya kami
jalani dengan penuh perjuangan sekaligus kesabaran.
Penuturan Pipik Saat – Saat Awal Menjadi Istri Uje
Perasaan sayang yang sangat kuat membuatku mantap
menikah dengannya. Aku tak peduli lagi meski dia pecandu, bahkan pernah
mengalami over dosis dan hampir gila karena paranoidnya. Aku banyak mengalami hal-hal
luar biasa dengannya. Kalau tidak sabar, mungkin aku sudah tidak bersamanya
lagi.
Awal menikah, kami tinggal di rumah Umi. Meski hidup
seadanya, beliaulah yang membiayai hidup kami. Aku dan Jeffry tak jarang makan
sepiring berdua, karena memang benar-benar tak ada yang bisa dimakan. Berat
rasanya jadi istri dari suami penganggur, apalagi setelah menikah aku tidak
lagi bekerja.
Tapi aku yakin, Allah tidak mungkin memberikan cobaan
pada umat-Nya melebihi kemampuannya. Aku yakin, pasti ada sesuatu yang akan
diberikan Allah padaku. Beruntung, Umi sangat sayang padaku.
Aku sendiri tak jera memberi masukan padanya untuk
mengubah hidup. Kami sama-sama saling belajar menerima kelebihan dan kekurangan
satu sama lain. Pelan-pelan, hidupnya mulai berubah menjadi lebih baik,
terutama setelah aku hamil. Mungkin dia sendiri sudah capek dengan kehidupannya
yang seperti itu.)
Tobatnya Jefri Al Buchori
Pelan-pelan, aku kembali dekat pada agama. Perubahan
besar terjadi dalam hidupku pada tahun 2000. Kala itu, Fathul Hayat, kakak
keduaku yang setengah tahun silam meninggal karena kanker otak, memintaku
menggantikannya memberi khotbah Jumat di Mangga Dua. Pada waktu bersamaan, dia
diminta menjadi imam besar di Singapura.
Fathul memang seorang pendakwah. Selama dia di Singapura,
semua jadwal ceramahnya diberikan padaku. Pertama kali ceramah, aku mendapat
honor Rp 35 ribu. Uang dalam amplop itu kuserahkan pada Pipik. Kukatakan
padanya, ini uang halal pertama yang bisa kuberikan padanya. Kami berpelukan
sambil bertangisan.
Selanjutnya, kakakku memintaku untuk mulai menjadi
ustaz. Inilah jalan hidup yang kemudian kupilih. Betapa indah hidup di jalan
Allah. Aku mulai berceramah dan diundang ke acara seminar narkoba di berbagai
tempat. Namun, perjuanganku tak semudah membalik telapak tangan. Tak semua
orang mau mendengarkan ceramahku karena aku mantan pemakai narkoba. Tapi aku
mencoba sabar.
Alhamdulillah, makin lama ceramahku makin bisa
diterima banyak orang. Bahkan sekarang, aku banyak diundang untuk ceramah di
mana-mana, termasuk di luar kota dan stasiun teve. Aku bersyukur bisa diterima
semua kalangan. Aku pun ingin berdakwah untuk siapa saja. Aku ingin punya
majelis taklim yang jemaahnya waria. Mereka, kan, juga punya hak untuk
mendapatkan dakwah.
Kebahagiaan kami bertambah ketika tahun 2000 itu,
lahir anak pertama kami, Adiba Kanza Az-Zahra. Dua tahun kemudian, anak kedua
Mohammad Abidzan Algifari juga hadir di tengah kami. Mereka, juga istriku,
adalah inspirasi dan kekuatan dakwahku. Kehidupan kami makin lengkap rasanya.
Sampai sekarang, aku masih terus berproses berusaha
menjadi orang yang lebih baik. Semoga, kisahku ini bisa jadi bahan pertimbangan
yang baik untuk menjalani hidup. Pesanku, cintailah Tuhan dan orangtuamu, serta
pilihlah teman yang baik.
Biodata Ustad Jefri Al Buchori
Nama : Jefri Al
Buchori
Nama Panggilan : Uje
Tempat dan Tanggal
Lahir : Jakarta, 12 April 1973
Meninggal : 26 April
2013 (40thn)
Profesi :
Penceramah, Penyanyi Religi
Agama : Islam
Nama Istri : Pippik
Dian Irawati
Anak : Adiba Khanza
Az-Zahra
Mohammad
Abidzar AL-Ghifari
Ayla
Azuhro
Attaya
Bilal Rizkillah
Nama Orang Tua : H.
Ismail Modal (Ayah)
Dra. Hj.
Tatu Mulyana